Oleh: Rahmat Al Kafi[2]
Bagaimana seharusnya Mahasiswa?
Sebagai awal, sebelum menuju pada keharusan-keharusan seorang mahasiswa, kita
harus mengenal siapa diri kita? Atau siapakah saya? Soe Hok-Gie [3] dalam
tulisannya mengatakan: “Kadang-kadang kita bertanya kepada diri kita sendiri
“Siapakah saya?” Apakah saya seorang fungsionaris partai yang kebetulan menjadi
mahasiswa sehingga harus patuh pada intruksi dari bapak-bapak saya dalam
partai. Apakah saya seorang politikus yang harus selalu realistis dan bersedia
menerima kompromi-kompromi prinsipal dan tidak boleh punya idealisme yang
muluk-muluk? Apakah saya seorang kecil yang harus patuh pada setiap keputusan
dalam DPP (Dewan Pimpinan Pusat) ormas saya, atau pimpinan fakultas saya, atau
pemimpin-pemimpin saya? Ataukah saya seorang manusia yang sedang belajar dalam
kehidupan ini dan mencoba terus-menerus untuk berkembang dan menilai secara
kritis segala situasi. Walaupun pengetahuan dan pengalaman saya terbatas?
Kadang saya bertanya pada kenalan-kenalan saya “siapakah kamu?” Seorang tokoh
mahasiswa menjawab: “Saya adalah antek partai saya. Kebenaran ditentukan oleh
DPP Partai.”[4]
Apakah kita telah mengenal siapa
kita? Siapa Anda? Siapa kalian? Atau siapa saya? Setelah kita mengenal siapa
diri kita. Positif atau tidak, terimalah… Itulah wujud kita hari ini. Tapi,
jangan khawatir perubahan akan terus tejadi. Karena Cuma perubahan yang abadi
di atas dunia ini.[5]
“Tak kenal maka tak sayang” kita
tidak bisa menyayangi sesuatu tanpa mengenal objeknya. Kita harus mengenal apa
itu mahasiswa sebelum menyayangi, dalam bentuk mendalami “bagaimana seharusnya
mahasiswa?”
Apa yang dimaksud dengan mahasiswa?
Mahasiswa adalah seorang pelajar yang telah menyelesaikan studi SMAnya, dan
sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi. Ada juga yang mengatakan, mahasiswa
adalah Agent of change (agen perubahan) karena mahasiswa
telah mebuktikan diri berpartisipasi dalam perubahan-perubahan yang terjadi di
Indonesia. Tahun 1928 (Sumpah Pemuda), tahun 1945 (Proklamasi), tahun 1966
(Orde lama berganti orde baru), dan tahun 1998 (Reformasi). Semoga di hari-hari
depan ada lagi.
Menurut Anies Baswedan, "masa
mahasiswa adalah masa belajar di fase terakhir dari struktur pendidikan
formal di Indonesia. Bila Anda sudah sampai mahasiswa, Anda pasti sudah SMA dan
seterusnya. Jadi ini fase terakhir. Kenapa saya sebut demikian?
Karena sesudah itu, maka Anda akan berada di crossing
road, apakah Anda meneruskan ke jalur non–akademik atau akademik. Bila Anda
meneruskan ke jalur non-akademik mungkin Anda bisa bekerja di wilayah Anda
masing-masing dan di situ mungkin Anda bisa meneruskan satu degree lagi, namanya master, master yang sifatnya profesional untuk
menopang keprofesian Anda. Misalnya Anda mengambil master bisnis atau mengambil master ilmu-ilmu terapan lain. Jika Anda
masuk ke jalur akademik, karena namanya universitas, maka Anda akan meneruskan
ke jenjang master, menjadi doctor lalu menjadi peneliti dan menjadi scholar."[6]
Lagi menurut Anies Baswedan, ada
beberapa kelompok mahasiswa yang bisa dibedakan berdasarkan pilihan kegiatan.
Mahasiswa yang pertama adalah mahasiswa hedonis-konsumtif, zaman itu mereka
adalah penikmat orde baru, mereka pergi kuliah naik mobil di zaman itu di mana
kebanyakan mahasiswa hanyabisa naik motor, sepeda, atau jalan kaki untuk menuju
kampus. Yang kedua adalah mahasiswa profesional–individualis, kerjaannya kuliah
saja, tidak perduli yang lain, menyiapkan diri untuk masa depan, professional
tapi individualis. Ketiga, mahasiswa jenis ini, kita istilahkan asketis
religius, asketis religius ini di pikirannya hanya agama saja. Keempat adalah
mahasiswa yang aktivis, nilai minim, aktif sana-sini. Kelima, mahasiswa yang
istilah kita adalah protarian, merasa dirinya sebagai ekspresi kemiskinan,
ekspresi penderitaan rakyat kecil, kita bisa lihat dari gaya baju, rambut dll.
Selanjutnya Keenam mahasiswa yang kecenderungannya adalah melakukan kajian,
lalu seakan-akan setelah melakukan kajian secara mendalam, maka problem
masyarakat itu selesai.[7]
Dari berbagai paparan kelompok
mahasiswa di atas. Bagaimana pun bentuknya, mereka tetap mahasiswa dengan
ekspresi masing-masing. Kita juga harus mengetahui budaya akademik di perguruan
tinggi dibagi menjadi 13 diantaranya: kritis, kreatif, objektif, analitis,
konstruktif, dinamis, dialogis, bersedia menerima kritik, menghargai prestasi
akademik, bebas dari prasangka, menghargai waktu, memiliki dan menjunjung
tinggi tradisi ilmiah, serta berorientasi pada masa depan.[8]
Dalam diskusi kali ini, kita akan
mengkaji tentang “bagaimana seharusnya mahasiswa” hal ini harus kita kaji
sejauh mungkin, karena kita harus menyadari bahwa yang merusak bangsa ini
adalah para “Mantan Mahasiswa!” Kita tidak boleh seperti mereka.
1. Mahasiswa Harus Berani Berterus
Terang (Jujur), Mempunyai Banyak Cita-Cita, Tidak Takut Salah, Independen,
Pencari Kebenaran, dan Bertaqwa kepada Allah SWT.
Soe Hok Gie dalam tulisannya
mencatat "Saya katakan pada diri saya sendiri: saya adalah seorang mahasiswa.
Sebagai mahasiswa saya tak bisa mengingkari wujud saya. Sebagai pemuda yang
masih belajar dan mempunyai banyak cita-cita, saya harus bertindak sesuai
dengan wujud tadi. Karena itu, saya harus berani untuk berterus terang,
walaupun ada kemungkinan saya akan salah tindak. Lebih baik bertindak keliru
daripada tidak bertindak karena takut salah. Kalaupun saya jujur terhadap diri
saya, saya yakin akhirnya saya akan menemukan arah yang tepat. Saya adalah
seorang manusia dan bukan alat siapa pun. Kebenaran tidaklah datang dalam
bentuk intruksi dari siapapun juga, tapi harus dihayati secara “kreatif”. A man is as he thinks."[9]
a. Mahasiswa Harus Berani Berterus
Terang (Jujur)
Sifat berterus terang harus berani
dibiasakan oleh mahasiswa. Berani
menyatakan salah sebagai kesalahan, dan benar sebagai kebenaran.[10] Karena Jujur itu revolusioner.[11] berani menyatakan kebenaran adalah
sebuah simbol bahwa idealisme masih ditegakkan. Kejujuran-kejujuran di kala
mahasiswa akan membiasakan kita hingga kelak selesai kuliah. Mahasiswa harus
terus membawa sikap yang jujur berterus terang. Kita akan mendapat trust dari siapapun ketika kita terbiasa
berkata jujur.
b. Mahasiswa Harus Punya Banyak
Cita-Cita Dan Harus Kritis Dengan Situasi
Lagi Gie dalam tulsiannya
"Seorang pemuda, datang dengan penuh takjub pada gerbang perguruan tinggi.
Ia berfikir untuk memasuki dunia baru, dunia untuk membuat field work bagi kemajuan nusa dan bangsa. Saya
membayangkan seorang mahasiswa antropologi, yang berusia sembilan belas tahun
yang datang dengan cita-cita untuk membuat field
work di pedalaman Kalimantan
atau Irian Barat. Atau seorang jurusan kimia yang berfikir untuk mendapatkan
sejenis cairan baru yang dapat melambungkan manusia ke bulan. Atau seorang
mahasiswa hukum yang datang dengan ide-ide yang sarat tentang rule of law."[12] Dalam waktu
beberapa tahun, pemuda berumur sembilan belas tahun ini mengetahui bahwa tak
mungkin ada “field work” ke Irian Barat atau pedalaman Kalimantan. Ia
harus puas dengan skripsi tentang masyarakat tukang buah-buahan di pasar
minggu. Dan pelan-pelan ia harus melupakan idealismenya tentang cairan yang
dapat melontarkan manusia ke bulan. Dan mahasiswa fakultas hukum ini
mengetahui, bahwa di atas hukum terdapat hukum yang tidak tertulis. Tentara,
polisi, jaksa dan garong-garong yang punya koneksi.[13]
Digambarkan di atas, bahwa ketika
memasuki gerbang perguruan tinggi, para mahasiswa sangat antusias dan telah
mempunyai mimpi masing-masing, tergantung dari jurusan apa yang mereka ambil.
Namun, pada kenyataannya, kampus-kampus hari ini hanya membentuk mahasiswa yang
rajin kuliah, cepat lulus dan seterusnya… dan seterusnya…
Namun, yang menjadi poin pentingnya,
bahwa dalam kondisi apapun mahasiswa harus konsisten pada cita-citanya. Dalam
prosesnya, mahasiswa harus kritis pada kondisi-kondisi yang tidak seharusnya.
c. Mahasiswa Harus Tidak Takut Salah
Dalam proses menuntut ilmu,
"kesalahan" adalah salah satu proses belajar dan
"kebenaran" adalah buah dari proses belajar. Tidak perlu takut salah,
seperti kata Gie tadi, jangan sampai karena takut salah kita tidak berani
melakukan apapun sehingga akhirnya kita tidak memperoleh apa-apa. Padahal dari
proses salah dan berani mengambil sikap itu, merupakan proses belajar yang
paling berharga.
d. Mahasiswa Harus Independen dalam
Gerakan dan Kehidupannya
Menurut Anies Baswedan: Pergerakan
Mahasiswa mempunyai karakter moral yang jelas, hitam putih; benar-benar,
salah-salah tidak ada area abu-abu. Dan mahasiswa memang harus begitu.
Mahasiswa jangan takut, menurut saya “A” nggak ada masalah, Anda tidak
mempunyai kepentingan apapun kalau benar Anda katakan benar kalau salah Anda
katakan salah.[14]
Mahasiswa harus independen, dia
berbicara sesuai dengan keilmuan yang ia miliki, dia harus lepas dari ikatan
intruksi, doktrin yang mengikat yang mebuat mereka harus lari dari
kebenaran.
e. Mahasiswa Harus Mencari dan
Menegakkan Kebenaran
Mencari kebenaran adalah khittah
dari tugas seorang mahasiswa dalam menuntu ilmu. Mencari kebenaran, dari yang
sudah benar dan mencari yang baik, dari yang sudah baik.[15] Walaupun kita mengikuti sebuah
organisasi lalu kita diajarkan sesuatu yang bertentangan dengan idealisme, maka
kita sebagai mahasiswa harus melawan. Tidak ada fanatisme terhadap organisasi -
yang bisa saja salah dan benar. Fanatisme hanya pada kebenaran dan kebaikan.
f. Mahasiswa Harus Bertaqwa kepada
Allah SWT
Seorang mahasiswa harus bertaqwa
kepada Allah. Dunia mahasiswa justru membuat kita jauh dari Tuhan. Padahal
kebenaran yang hakiki hanyalah ajaran Tuhan. Namun, tidak bisa dipungkiri di
kala mahasiswa sikap kritis kita dihadapkan pada apapun, termasuk eksistensi
Tuhan. Tak banyak manfaatnya terus-terusan membahas hal seperti itu. Semua
ajaran dari Allah "benar" kecuali yang telah diubah atau
diinterpretasikan salah oleh manusia.
2. Mahasiswa Harus Aktif di
Organisasi, Manajemen Waktu, Belajar Kepemimpinan, Berbicara di Depan
Umum, Berfikir, dan Bertindak Sesuai Dengan Kata dan Fikirannya.
Untuk menambah skill dan wawasan
individu dari seorang mahasiswa, maka mahasiswa harus aktif di organisasi yang
dia sukai, belajar kepemimpinan dan menjadi pemimpin, belajar berbicara dengan
baik, berfikir yang baik dan mampu bertindak sesuai dengan kata dan fikirannya.
a. Mahasiswa Harus Aktif
Berorganisasi
Dalam wawancara tetang mahasiswa, Anies
Baswedan mengatakan: “Ketika Anda melewati fase kuliah, Anda akan menjadi orang-orang
“bekerja” tidak lagi belajar. Bekerja itu diperlukan kemampuan bukan sekedar
prestasi akademik tapi dibutuhkan pengalaman, keterampilan untuk bisa memimpin,
mengelola, bernegoisasi. Pengalaman berorganiasi selama kuliah, itu merupakan
modal untuk bisa meniti karir ke depan dengan baik. Oleh karena itu, saya
sangat mendukung dan menurut saya sangat penting bagi anak-anak yang sedang
kuliah untuk mengembangkan diri lewat organisasi. Jadi, saya selalu mengatakan,
aktif di kampus itu sebenarnya sebuah kewajiban secara moral, secara hukum
mengatakan itu tidak. Tapi Anda sebagai mahasiswa itu wajib. Kalau Anda tidak
mengembangkan diri lewat organisasi sekarang, sesudah Anda lulus atau memulai
berkarir saat itu, Anda menyesal, kenapa dulu tidak aktif? Kenapa dulu tidak
mengembangkan kepemimpinan? Dari pada Anda menyesal nanti, kerjakan, jadilah
aktivis, tapi aktivis itu bukan demonstran, beda!.”[16]
Aktif di organisasi, akan membuat
mahasiswa bertemu dengan banyak orang dan banyak karakter. Dari situ mahasiswa
dapat banyak belajar dari proses interaksi antar manusia di dalamnya. Dalam
organisasi mahasiswa, kita dapat memperoleh ilmu tentang manajemen, pengaturan,
pemikiran, menemukan jati diri, pembentukan karakter dan lain-lain. Ilmu-ilmu
tadi dapat digunakan untuk kehidupan setelah kuliah. Contoh kecilnya dalam
mengurus keluarga. Mengurus keluarga butuh juga pelajaran tentang organisasi.
b. Mahasiswa Harus Bisa Menjalani Secara
Bersamaan, Berorganisasi dan Kuliah. (Manajemen Waktu)
Anies Baswedan menambahkan: “Anda
sebagai mahasiswa, apa sih kewajiban mahasiswa ini? Kuliah, bukan? Itu bukan
dinomorsatukan atau tidak, itu sesuatu yang harus dikerjakan. Jadi, jangan
katakan itu terpisahkan. Itu sudah hal yang harus dikerjakan. Jadi, Demikian
juga dengan aktivis, proporsinya akan tergantung penyesuaian pada suasanannya.
Seperti Anda tanyakan seperti saya ”Mas Anies, ingin menjadi suami atau ingin
menjadi bapak?” Gimana dong? Itu tidak bisa terpisahkan, dalam diri saya ini
banyak menempel beberapa tugas, Anies sebagai anak, ayah, rektor, pengurus Fullbright dan Anies sebagai penggagas gerakan
Indonesia Mengajar. Saya tidak bisa kemudian mengatakan “Mau yang mana?“
Semuanya harus dijalankan. Ada waktunya pada saat saya di sini mengerjakan A,
B, C, D, itu yang saya harus bereskan dengan baik. Saat saya di Jakarta dengan
keluarga, itu yang harus saya lunasi dengan baik. Jadi, kebiasaan untuk
memiliki multiple role, tidak bisa dimulai saat Anda sudah
lulus nanti, tapi biasakan sekarang. Saat Anda tidak terbiasa dengan multiple role Anda akan selalu berpikirnya ini
atau ini, ini atau ini, Anda harus bisa mengerjakan semuanya. Anda pernah
melihat pemain juggler?
Bisa tidak seorang juggler itu berkonsentrasi hanya satu bola
saja? Ada masanya Anda mainkan satu bola terus kan? Ada masanya semuanya harus
dikerjakan ada yang bisa 3 bola, 5 bola atau 10 bola. The more you practice managing
multiple role the more experience you have dan Anda bisa mengerjakan itu tanpa
harus melihat lagi.[17]
c. Mahasiswa Harus Belajar
Kepemimpinan dan Mampu Menjadi Pemimpin
You are a leader if and only if you
have followers. Anda
pemimpin hanya dan jika Anda punya pengikut. Dalam mempelajari Kepemimpinan, Anda
bisa ikut training-training karena itu bisa membantu menstrukturkan apa yang
harus dipelajari dalam leadership.
Yang kedua, ambil pengalaman untuk memimpin, karena memimpin itu bukan
pekerjaan yang secara teoritis bisa dengan mudah didefinisikan. Memimpin itu
adalah pekerjaan yang membutuhkan keterampilan pengalaman. Anda mau belajar
berenang? Saya ajak masuk di ruang yang canggih, saya ajari Anda berenang di
situ, alat simulasi yang luar biasa, lalu saya ajak Anda ke kolam renang, bisa Anda
berenang? Bisa satu jam, habis Anda nyemplung Anda baru berenang, setelah itu Anda
tunggu kemampuan berenang Anda. Saya selalu mengatakan belajarlah berorganisasi
dan bermasyarakat di kampus, karena kampus itu karakternya seperti kolam
renang. Karakter kolam renang itu pakai bata, kedalamnnya terukur, tekanannya
terukur, ombaknya tidak ada. Anda mau belajar berenang di Samudra Pasifik?
Kedalamanya tidak terukur, suhunya luar biasa dingin, ombaknya besar. That’s leadership challenge for the
future, itulah tantangan bagi masa depan Anda. Kebanyakan orang baru
belajar berenang saat mereka sudah sampai samudra pasifik, bisa survive tapi bisa juga tenggelam. Kalau Anda
belajar kepemimpinan di saat mahasiswa, Anda masih belajar di lingkungan yang
masih terukur, kadar beban kepemimpinan Anda itu terukur, seperti Anda belajar
berenang di kolam renang. Karenanya kalau mau belajar kepemimpinan, lakukan
sekarang, jangan nanti saat sudah selesai kuliah. Karena di sana tantangannya
sangat besar sekali, mendadak Anda baru belajar kepemimpinan saat tantangaannya
sangat besar sekali, kalau Anda gagal maka Anda akan tenggelam.[18]
d. Mahasiswa Harus Mampu Berbicara
Dengan Baik Di Depan Umum Maupun Interaksi Personal
Mahasiswa adalah manusia
intelektual. Dalam menyampaikan gagasan-gagasan intelektualnya dibutuhkan kepAndaian
berbicara (Retorika). Karena, kesan pertama untuk mengetahui seorang mahasiswa
cerdas atau tidak adalah dengan melihat cara mahasiswa tersebut berbicara.
Untuk menilai selanjutnya, kita bisa melihat dari sikapnya. PAndai berbicara,
akan menjadi pAndai negosiasi, dan akhirnya pAndai mempengaruhi orang lain.
Namun peringatan bagi mahasiswa yang pAndai berbicara, selalulah berbicara
dalam konteks menyebar kebenaran dan kebaikan. Tergelincirnya lidah lebih
berbahaya daripada tergelincirnya kaki.[19]
Gerakan mahasiswa memiliki karakter
intelektual. Ini yang membedakan dengan gerakan-gerakan pemuda yang lain.
Karenanya Anda harus berbicara dengan moral dan dengan ilmu, caranya pakailah
data. Anda kalau marah yah harus pakai data, tidak harus melakukan penelitian
tapi yang penting ada punya data. Kalau misalnya Anda memprotes pemerintah,
yang menaikkan BBM. Anda harus bisa bilang kenapa mau protes, secara data Anda
harus bilang: ini menyebabkan kemiskinan bukan semata-mata ini sebuah keputusan
yang saya mau![20]
e. Mahasiswa Harus Mampu Berfikir
Dengan Baik
Mahasiswa harus membiasakan berfikir
kritis, solutif, kreatif dan inovatif. Berfikir dapat meningkatkan kapasitas
keilmuan. Upaya berfikir dilakukan untuk mencari yang terbaik dari yang baik.
Kebiasaan berfikir akan memudahkan kita untuk menyelesaikan persoalan-persoalan
kehidupan.
f. Mahasiswa Harus Mampu Meluruskan
Kata, Fikiran, Dan Perbuatannya.
Setelah pAndai berbicara, mampu
berfikir dengan baik, mahasiswa harus juga meluruskan dua hal tadi menjadi
sebuah tindakan. Mahasiswa harus satu kata, fikiran dan perbuatan. Prinsip seperti
ini mengandung aspek kejujuran, konsistensi, tanggungjawab, kedisiplinan dan
jauh dari hal yan disebut kemunafikan. Lebih
baik diasingkan daripada menyerah terhadap kemunafikan.[21] Bila Anda berfikir bahwa mencuri itu tidak boleh
dan tidak baik, Anda juga harus mengatakan mencuri itu tidak baik, dan dalam
sikap dan perbuatan. Anda tidak boleh mencuri.
g. Mahasiswa harus haus ilmu
pengetahuan dan Belajar Sejarah.
Sebagai bagian dari kehidupan
akademik di perguruan tinggi, mahasiswa harus haus ilmu pengetahuan. Mahasiswa
harus menemukan pengetahuan baru, bukan hanya sebagai korban akademik yang
sekedar mengetahui bukan menemukan. Kita harus belajar banyak pada kasus-kasus
mahasiswa di Amerika Serikat yang berani menemukan sesuatu yang luar biasa seperti
Steve Jobs (Apple), Bill Gates (Microsoft), dan Mark Zuckerberg (facebook).
Mereka adalah orang yang akhirnya keluar dari kampus, untuk fokus pada
temuannya, dan hari ini menjadi kaya raya. Meskipun budaya akademik hari ini
tidak banyak mendukung itu, mahasiswa harus berani melawan arus. Mahasiswa
harus mencoba menemukan hal-hal baru. Mahasiswa juga harus membuka diri menjadi
ilmuwan. Dan intinya, segala sesuatu bisa dipelajari. Ingat sebuah pesan
inspiratif “Untuk menjadi BISA. Dibutuhkan bakat 1% dan kerja keras 99%.”
Selain itu, untuk mempermudah
pengetahuan, mahasiswa perlu belajar sejarah. Seperti kata Bung Karno: “Jas
Merah (Jangan Sekali-kali melupakan sejarah).” Dari sejarah, kita bisa belajar
kesalahan-kesalahan dan keberhasilan orang-orang sebelum kita. Kita tidak perlu
terjatuh pada kesalahan yang sama dari orang sebelum kita. Dan kita perlu
mengambil manfaat dari keberhasilan mereka.
3. Mahasiswa harus mengembangkan
potensinya, open mind dan mencari teman sebanyak-banyaknya, dan mengabdi kepada
masyarakat.
a. Mahasiswa harus mengembangkan
potensinya
Setelah mendapatkan hal-hal
diharuskan tadi , tidak bisa dipungkiri, mahasiswa mempunyai bakat, minat dan
hobi yang berbeda-beda. Ada yang suka menulis, melakukan kajian, fotografi,
film, musik, seni, olahraga, mencitai alam, dan seterusnya. Mahasiswa tidak
harus sama dengan teman-temanya. Karena temannya menekuni musik, dia juga
memaksakan diri menjadi musisi. Tidak harus. Mahasiswa harus membaca potensi
dirinya, lalu kemudian diwujudkan dengan fokus pada pengembangan minat itu
saja.
Bruce lee mengatakan: “Saya
tidak takut pada orang yang telah berlatih seribu macam tendangan, tapi saya
takut pada orang yang melatih satu macam tendangan sebanyak seribu kali”
b. Mahasiswa harus open mind
Open mind artinya berfikir terbuka, dengan berfikir
terbuka kita dapat bergaul kepada siapapun dan pada orang yang macam-macam
modelnya. Mahasiswa perlu menyadari, dalam kehidupan, kebenaran hari ini bisa
menjadi kesalahan di kemudian hari. Tidak ada kebenaran yang hakiki kecuali
dalam kitab-kitab Ajaran Allah SWT. Dengan bergaul dengan banyak orang kita
bisa belajar banyak.
c. Mahasiswa harus mencari teman
sebanyak-banyaknya
Bergaul dengan banyak orang, bisa
membuat kita memperoleh teman yang banyak. Punya banyak teman akan membuat kita
dapat memperoleh banyak hal dari teman kita, prinsip-prinsip Brotherhood bisa didapatkan dalam kasus ini. Akan
banyak keuntungan ketika mempunyai banyak teman, contoh paling kecil adalah Anda
adalah mahasiswa asal Makassar, Anda ingin sekali pergi ke Lombok, naik gunung
Rinjani atau sekedar berwisata di Gili Trawangan dan pantainya. Anda cukup
menghubungi teman Anda yang berasal dari Lombok. Begitupun untuk kasus lainnya.
d. Mahasiswa harus mengabdi kepada
masyarakat
Sebagai salah satu amanat Tri Darma Perguruan Tinggi selain pendidikan
dan penelitian, pengabdian masyarakat harus juga menjadi bagian dari keseharian
mahasiswa. Lakukanlah bentuk-bentuk pengabdian masyarakat sesuai dengan
kapasitas keilmuan dan kemampuan kita.
4. Mahasiswa harus kreatif dan bisa
menghasilkan duit sendiri.
a. Mahasiswa harus kreatif
“Kreativitas adalah kegiatan yang
mendatangkan hasil yang sifatnya berguna (useful), lebih enak, lebih
praktis, mempermudah, memperlancar, mendorong, mengembangkan, mendidik,
memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan
hasil lebih baik atau banyak.” (Mangunhardjana (1986 : 11))
“Kreativitas adalah suatu kemampuan
umum untuk menciptakan suatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan
gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau
sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang
sudah ada sebelumnya” (Utami MunAndar (1995 : 25))
Dari definisi kreativitas di atas
seorang mahasiswa harus mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-harinya -
yang penuh dengan tantangan, persoalan dan perjuangan. Mahasiswa dalam
kesehariannya harus berisi penemuan hal baru, gagasan-gagasan baru, penuh
dengan imajinasi-imajinasi baru yang diperuntukkan untuk melewati tantangan,
menyelesaikan persoalan dan mempermudah perjuangan.
b. Mahasiswa harus belajar mecari
duit sendiri.
Sebuah penelitian dari Dr Stephen
Carr Leon yang dituliskan dalam artikel yang berjudul “Mengapa Yahudi
Pintar?” Di Perguruan Tinggi Yahudi terutama fakultas Ekonomi, para
mahasiswa dikumpulkan dalam satu kelompok yang berisi sepuluh orang. Mereka
harus menyelesaikan proyek senilai $US 1 juta. Untuk dapat lulus dari perguruan
tinggi tersebut. Pelajaran diatas adalah bagaimana cara bangsa Yahudi bisa
cerdas. Yaitu dengan penerapan beberapa kebiasaan yang teman-teman bisa baca
artikelnya lebih lanjut.
Belajar mencari uang saat mahasiswa
adalah modal berharga untuk kehidupan setelah kampus. Bisa melahirkan
pengusaha-pengusaha muda baru. Yang kala mahasiswanya bisa mengurangi beban
pembiayaan hidup dan ketika lulus, turut berpartisipasi memajukan negara.
Mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla mengungkapkan, “Minimnya jumlah
pengusaha dari total populasi penduduk Indonesia membuat kemakmuran masyarakat
berjalan tersendat-sendat. Kekurangan pelaku industri menjadi salah satu
kendala penghambat kemajuan bangsa. Pengusaha di Indonesia ini kurang satu
persen dari populasi penduduk. Bila dibandingkan misalnya dengan Malaysia, yang
punya pengusaha dua persen dari jumlah penduduknya, kita masih kalah. Dunia
sekarang dikuasai oleh kebutuhan pangan, air, energi, dan logam. Keempat rupa
penguasaan tersebut hanya bisa dipenuhi apabila sebuah negara memiliki banyak
pengusaha yang mumpuni.”[22] Inilah salah satu motivasi mahasiswa untuk mulai merintis bisnis,
apapun bentuknya.
Indonesia memiliki potensi besar
untuk berkembang. Pertumbuhan angkatan muda di Indonesia itu setiap tahunnya
bisa mencapai 3 juta. Ternyata, mayoritas berorientasi menjadi PNS atau pegawai
swasta. Nah, mindset inilah yang diharapkan berubah. Anak muda tidak hanya
bisanya bercita-cita menjadi PNS dan pegawai swasta. Justru sebaliknya, anak
muda harus bercita-cita menciptakan lapangan kerja untuk menyelamatkan
Indonesia dari krisis ekonomi. Anak muda seharusnya memiliki impian yang
revolusioner untuk menaklukkan dunia, bukan ditaklukkan dunia. Coba tengok Bill
Gates yang sejak usia 13 tahun, saat berdiskusi dengan rekannya, mampu memiliki
statement revolusioner dan visioner untuk kategori usianya. “Mari kita tampil
dan menjual sesuatu kepada dunia,” ujarnya. Impiannya saat itu adalah agar
setiap rumah memiliki satu Komputer. Sehingga, pada umur 20 tahun, akhirnya ia
mendirikan Microsoft. Dampaknya? Manusia memiliki kecenderungan untuk memiliki
personal computer. Belum lagi demam komputer jinjing yang pasarnya semakin
luas. Komputer kini sudah menjadi lifestyle yang tidak bisa dipisahkan dari
kehidupan manusia.[23] Dan masih
banyak kisah sukses lainnya yang bisa menginspirasi kita.
Lalu, bagaimana Seharusnya
Mahasiswa? Beberapa bagian, seperti yang telah disampaikan di atas. Dan
selebihnya tergantung proses, pengalaman dari hari-hari kita menjadi mahasiswa.
Meskipun Mahasiswa Indonesia
dihadapkan pada realitas-realitas yang anti idealisme. Namun, mahasiswa
akhirnya dihadapkan pada dua pilihan.
Yang pertama tetap bertahan dengan cita-cita
idealisme. Menjadi manusia-manusia yang non-kompromistis. Orang-orang dengan
aneh dan kasihan akan melihat mereka sambil geleng-geleng kepala: “Dia pAndai
dan jujur, tetapi sayangnya kakinya tidak menginjak tanah.” Atau yang kedua dia kompromi dengan situasi yang baru.
Lupakan idealisme dan ikut arus. Bergabunglah dengan grup yang kuat (partai,
ormas, ABRI, klik dan lain-lainnya) dan belajarlah teknik memfitnah dan
menjilat. Karir hidup akan cepat menanjak. Atau kalau mau lebih aman kerjalah
di sebuah perusahaan yang bisa memberikan sebuah rumah kecil, sebuah mobil atau
jaminan-jaminan lain dan belajarlah patuh dengan atasan. Kemudian carilah istri
yang manis. Kehidupan selesai.[24]
Semua keharusan diatas, hanyalah
pilihan bagi mahasiswa, karena menjadi multi talenta itu tidaklah mudah. Namun,
bila ada yang mampu, akan lebih baik.
Mahasiswa terbaik adalah mampu
menjadi dirinya sendiri.
Sekian…
Salam Lestari…
Wassalam.
Download Format PDF klik-->> [Download]
____________________________________________________________
Catatan Kaki:
*=1 Tema Diskusi. Disampaikan pada Diskusi Intelektual Teras58. Jum’at, 19 Juli 2013. Materi ini sekaligus sebagai sambutan para mahasiswa baru angkatan 2013.
2 Mahasiswa yang aktif di Mapala (Mahasiswa Pencinta Alam) UKM DIMPA. Sedang berusaha sekuat tenaga menyelesaikan studi di Universitas Muhammadiyah Malang. Lebih lanjut bisa mengakses http://pandangankafy.blogspot.com.
3 Seorang aktivis 66, pendiri Mapala, Mati muda, mati dalam kondisi paling idealis dalam hidupnya.
4 Soe Hok Gie “Siapakah saya?” dalam Rudy Badil,. Luki Sutrisno Bekti,. Nessy Luntungan. (Ed.). (2010). Soe Hok-gie Sekali Lagi: Buku, Pesta dan Cinta di Alam Bangsanya. Jakarta:KPG. Hlm. 461
5 Rhenald Kasali. (2005). Change! Jakarta: Gramedia PU. Hlm. 32.
6 Anies Baswedan saat Wawancara tentang mahasiswa. Oleh unejpos.blogspot.com
7 Ibid.
8 Reza Nugraha Putra “ketika mahasiswa dituntut berfikir kreatif” (edukasi.kompasiana.com) diakses pada tanggal 19 bulan juli 2013.
9 Soe Hok Gie “Siapakah saya?” dalam Rudy Badil,. Luki Sutrisno Bekti,. Nessy Luntungan. (Ed.). Op. Cit. Hlm. 461
10 Kata mutiara Soe Hok Gie
11 Dikutip dari http://pandangankafy.blogspot.com
12 Soe Hok Gie “Siapakah saya?” dalam Rudy Badil,. Luki Sutrisno Bekti,. Nessy Luntungan. (Ed.). Op. Cit. Hlm. 464
13 Ibid.
14 Anies Baswedan. Oleh unejpos.blogspot.com. Op. Cit.
15 Kata Mutiara Ahmad Wahib dalam Catatan Hariannya. “Pergolakan Pemikiran Islam”
16 Anies Baswedan. Oleh unejpos.blogspot.com. Op. Cit
17 Ibid.
18 Ibid.
19 Kutipan dalam buku Mahfudzat.
20 Anies Baswedan. Oleh unejpos.blogspot.com. Op. Cit.
21 Kata Mutiara Soe Hok-gie
22 Dikutip dari okezone.com “JK: Pengusaha Tak Banyak, Negara Tak Maju” diakses pada 19 juli 2013.
23 Badroni Yuzirman, Iim Rusyamsi. 2012. “Keajaiban Tangan Di Atas”. Jakarta:QultumMedia. Hlm. 5.
24 Soe Hok-gie. “Generasi Yang Lahir Setelah Tahun Empat Lima” Tulisan yang diterbitkan oleh Kompas. Kamis, 16 Agustus 1969. Dalam Rudy Badil,. Luki Sutrisno Bekti,. Nessy Luntungan. (Ed.). Op. Cit. Hlm. 465.
____________________________________________________________
Daftar Pustaka
Buku
- Soe Hok Gie “Siapakah saya?” dalam Rudy Badil,. Luki Sutrisno Bekti,. Nessy Luntungan. (Ed.). (2010). Soe Hok-gie Sekali Lagi: Buku, Pesta dan Cinta di Alam Bangsanya. Jakarta: KPG.
- Rhenald Kasali. (2005). Change! Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
- Badroni Yuzirman, Iim Rusyamsi. 2012. “Keajaiban Tangan Di Atas”. Jakarta: QultumMedia.
Internet
- http://pandangankafy.blogspot.com.
- http://pandangankafy.blogspot.com. Diakses pada 19 Juli 2013 Anies Baswedan saat Wawancara tentang mahasiswa. Oleh unejpos.blogspot.com, diakses pada 19 juli 2013
- Dikutip dari okezone.com “JK: Pengusaha Tak Banyak, Negara Tak Maju” diakses pada 19 Juli 2013.
4 Komentar
Good Artikel
BalasHapusanda butuh uang?
BalasHapuswaktu anda terbatas?
anda ingin berbisnis tapi modal tipis?
jangan khawatir! saya akan memberi solusi!
anda seorang facebooker? saat ini, dengan modal tipis dan facebook saja anda bisa mendapatkan uang. ayo! klik sekarang!
http://tinyurl.com/oqkzsc8
BalasHapusMitra Penerjemah | Jasa penerjemah tersumpah di jakarta
BalasHapusMerupakan sebuah lembaga yang bergerak di bidang jasa dan kami berdiri sejak tahun 2005
Kami melayani translation:
-CV
-Jurnal
-Abstrak
-Legalisasi dokumen
-Tugas Sekolah/Kuliah
-Esai/Karangan
-Dokumen penting (KK/KTP/Akta Kelahiran/Akta Tanah)
Kami juga menyediakan jasa: -SWORN TRANSLATOR resmi untuk kebutuhan pembuatan visa atau kedutaan.
File dapat dikirim melalui email:mitrapenerjemah@yahoo.co...
Kontak Kami Alamat:
Jl. Olahraga 1 no.33B, Condet Raya-Jakarta Timur
Phone. 021-50448230 – 082123532858 (Whatsapp)
website kami: www.mitrapenerjemah.com